Ketika seseorang berkata "saya naik Busway", sebenarnya yang tepat adalah kata "saya naik Trans Jakarta". ...emang Bus Way bisa dinaiki? jadi naik diatas aspalnya gitu? apa gimana sih? heee....
Ketika ada orang sakit, bahasa yg dipakai umum adalah "ya dibawa ke Rumah Sakit", bukanya dibawa ke Rumah Sehat. (orang sakit kok malah dibawa rumah yg sakit, lhoh?)
Maka dua kata Busway dan Rumah Sakit tadi hanyalah makna Konotasi, bukan Denotasi atau makna yg sebenarnya. Makanya bila ada yg menyebut rumah sakit, busway, wanita penghibur, kambing hitam dan semacamnya, kita langsung saja menuju konotasinya, tidak perlu mencari-cari makna detonasinya kan?
Kalau Syeh Siti Djenar berkata "Aku adalah Tuhan", Tuhan disini merupakan makna Konotasi atau Denotasi?...
Ketika Alam semesta ini diciptakan dan diselenggarakan oleh TUHAN, maka kalau Tuhan yg di Islam itu disebut Allah, di Kristen disebut Jesus, orang Hindu atau Budha menyebut Tuhannya, Dewa. Maka Allah, Jesus atau Dewa ini makna Konotasi atau Denotasi?
Saya bertemu spiritualis 'langitan', ada dari Kristen, ada dari Hindu, atau dari Islam. Mereka tidak mempermasalahkan agama, bahkan bila ada yg ditataran ilmu Kebatinanpun ada yang bisa tembus juga wilayah spiritual yang sama dan menemukan hakikat serta kedamaian spiritual yang sama. Dan mereka menemukan Kedamaian, Kearifan atau Cinta dari satu Titik.
Bahkan konsep nihilismenya Yoga, itu equal dengan nihilismenya ilmu Hakekat atau Sufi di Islam, equal juga dengan wilayah spiritualnya orang kebatinan. Dan mereka tidak mempermasalahkan Perbedaan Agama. Menurut mereka Agama adalah kendaraan dan tujuanya adalah Spiritual. Dan semua kendaraan itu menuju ke Titik yang sama, kepada Sang Maha Pencipta, Sang Penyelenggara Kehidupan.
Bila titik tujuanya Jakarta, dan ada yang dari Medan, ada yang dari Surabaya, ada yang dari Bandung. Maka rutenya jelas beda, urut-urutan kota yang dilalui juga beda. Bahkan caranya melewatinya beda. ada yang harus menempuh perjalanan laut misalnya. Tetapi kan HAKEKATnya, titik tujuanya kan sama, yaitu Jakarta.
Dengan semakin terbukanya jendela-jendela informasi di era internet, dimana ilmu, sejarah atau literatur-literatur textual tentang agama, spiritual hinga Tuhan, terbentang semakin JELAS. Seharusnya peradaban kini sudah menemukan satu KONTEKSTUAL konsep tentang theis menuju Tuhan.
Maka hakikatnya Tuhanmu sebenerya juga Tuhan Tuhanku juga, Tuhanku ya Tuhan Tuhanmu juga... lhah yang nyelenggarain hidup ini SATU kan?...