Central Java outSIDers

tanggal 20-02-2010
di kota kecil Gubug,telah berdiri " Central Java outSIDers "
yaitu perkumpulan atau gabungan outSIDers Seluruh Jateng ( Jawa Tengah ).
walaupun masih banyak yang harus dibenahi,dan MASIH memiliki banyak kekurangan,
namun kita tak akan pernah gentar......









Kita juga sudah membentuk koordinir bagian dari daerah2 jangkauan tertentu.
dan gatheringan ini walaupun bisa dikatakan kurang berjalan secara kondusif dan lancar,
namun kita tetap bangga dengan keputusan ini....
" Bravo outSIDers Mental kita BAJA "
~ chers for outSIDers Central Java ~
Semoga ini Menjadi awal yang baik,untuk saat ini dan seterusnya.amin....!!!!!
READ MORE » Central Java outSIDers

Interview with Superman Is Dead ( SID )


apa sebenarnya peran masing masing personel SID dalam membuat sebuah lagu>?
Kronologinya kerap seperti ini:
-Bobby bikin musik
-Jerinx bikin lirik
-Eka kadang ikut serta bikin lirik juga musik
-Bir Bintang (botol besar dan dingin) menyatukan harmoni ketiganya

apa yang menjadi inspirasi kalian dalam membuat sebuah lagu?
Dominan tentang keseharian SID a.k.a. old school Punk Rock principal: Sex, Drugs and Rock ‘N Roll.

apa yang menjadi acuan kalian dalam menulis lirik? pengalaman pribadi kah, atau harapan, atau apa?
Ya keseharian itu tadi: Sex, Drugs, and Rock ‘N Roll. Drink beers, crank up Punk Rock and having a good time.

dalam banyak artikel saya baca, kalau kalian selalu memainkan lagu karangan sendiri. dan telah memiliki beberapa rilisan. apakah akhirnya SID berhasil mendapatkan ‘cara paling baik dan termudah membuat lagu bagus ala SID’.? bisa di tuliskan disini? dan bagaimana cara SID tetap memiliki sesuatu yang fresh?
From the beginning, cara kita bikin lagu ya sama saja: Bobby dateng bawa lagu baru, kita nge-jam, minum bir, setelah aransemennya dapet kita ngerjain liriknya. Abis itu ya minum bir lagi… plain and simple.

SID terkenal sebagai band yang bersedia dibayar murah. bahkan bersedia bermain tanpa dibayar dalam event tertentu, bahkan dalam beberapa interview saya baca kalian mengalami proyek rugi., . ada alasan khusus dibaliknya? apa tuh?
SID hidup dari musik. SID udah gak disubsidi lagi oleh ortu tercinta. Untuk mengakomodasi kebutuhan hidup layak SID ya cari duit dengan bermain di event-event besar (itu pun dengan syarat-syarat khusus, contoh soal: SID pernah diajak sebuah event organizer untuk jadi band pembuka Ari Lasso serta dibayar sesuai standar SID. Tapi SID nolak. Bukan karna Ari Lasso seperti ini seperti itu. Bukan karna pilihan musikal Ari salah. Bukan karna SID gak butuh duit. Lebih karna imej SID beda dengan Ari. Dan SID selalu coba sekuatnya loyal pada brand image. Simple as that. Not a judgemental decision). SID rela dibayar murah bahkan gak dibayar jika sifat dari pertunjukan tsb non-komersial atau DIY. Alasan kenapa mau main dalam kondisi macam begitu, roots SID emang dari event kayak gitu, dan SID akan terus mempertahankan itu. Hell yeah, kacang yang mencoba setia pada kulitnya.

apa yang sedang SID dengarkan saat ini? musisi/band.. dan apakah itu mempengaruhi musik SID?
Stereo SID sekarang sedang dipenuhi band-band Rockabilly/Swing macam Reverend Horton Heat, Living End, Rocket From The Crypt, Supersuckers pula Brian Setzer Orchestra. Jejak mereka di “Kuta Rock City” kental tercuat salah satunya di lagu “Graveyard Blues/Vodkabilly”. Dan yang tak pernah sirna dari stereo SID adalah album-album Social Distortion. Kilas balik, SID pada awal kemunculan masif dipengaruhi NOFX dan Green Day. Sejalan waktu, SID bergeser ke genre a la Social Distortion, Living End dan Supersuckers. Tentu saja grup-grup tadi punya andil dalam proses kreatif SID, hanya saja seiring meningkatnya kepercayaan diri SID, band-band yang disebut di atas pada akhirnya lebih berposisi sebagai suri tauladan dalam konteks psiko-sosial. Pengaruh musikal mereka telah jauh menipis. Sampai kemudian akhirnya muncul yang SID sebut sendiri sebagai “3-Chordsabilly Beer Punk Rock”.

trend musik saat ini yang banyak memunculkan band band berimage punk dengan tampilan yang lebih manis.. seperti simple plan, busted, dan hmm Avril… apakh itu berpengaruh terhadap kalian?> dan opini kalian tentang trend tersebut?…
They ain’t got nothing on us. SID gak ada sangkut pautnya dengan mereka baik konsep musikal ataupun tampilan visual. Opini SID terhadap utamanya Busted, hmm…, jangan-jangan mereka cuma rekayasa produser…

walaupun tidak banyak yang beredar luas, tapi dari media massa orang mengetahui kalian mempunyai rilisan yang tidak sedikit…album apakah yang paling kalian nikmati hasilnya, dan pembuatannya.?
Ya, kita udah bikin 3 album indie (“Case 15″ thn 95, “Superman Is Dead” thn 99, “Bad Bad Bad” thn 2002> “Bad Bad Bad” dirilis ulang lagi dalam bentuk single oleh Spills Record, Bandung), ikut serta di beberapa album kompilasi, dan 1 album Major yaitu “Kuta Rock City” thn 2003. Secara popularitas album “Bad Bad Bad” yang mulai mencuri perhatian publik. Saat pembuatan album “Bad Bad Bad” juga SID sudah lebih merasa lebih dewasa dalam bermusik (Punk Rock). Kalo secara duit, belom ada yang kita nikmati hasilnya. Album satu sampai tiga duitnya tau lenyap kemana. Untuk “Kuta Rock City” belom kebagian royalti nih. Denger-denger sih udah laku puluhan ribu kopi hingga minggu ke-3 ini. Mudah-mudahan duit bisa cepet masuk ke kas kita. Bosen banget miskin, euy!

dan rilisan apakah yang akan kalian sarankan kepada orang orang yang baru akan memulai mendengarkan SID? dan kenapa?
Album “Bad Bad Bad” sebab di situ SID pribadi merasa proses pendewasaan musikal mulai menunjukkan taringnya. Setelah itu baru deh ikuti dengan mengkoleksi “Kuta Rock City” sebab proses pendewasaan musikal sudah makin gahar.

kalau punya kesempatan membuat album lagu lagu terbaik versi kalian.. lagu apa sajakah yang akan kalian masukan? dan kenapa?

Oh well, sejujurnya, SID belom kepikiran sampe ke situ. Maaf.

sebutkan band band lokal terutama indie yang kalian rekomendasikan?
Kebunku
Pitstop
Navicula
The Brews
Shaggy Dog

kalau band luar?
Social Distortion
Stray Cats
The Clash
Brian Setzer Orchestra
AFI
Reverend Horton Heat
Green Day
Rocket From The Crypt
Johnny Cash
Living End
Supersuckers
No Use For A Name
Alkaline Trio

sebagai orang indonesia, pasti kalian tau kalau indonesia adalah surga pembajak. apa opini kalian tentang hal tersebut, dan apa yang kalian lakukan apabila SID menjadi korban pembajakan?
Lucu juga kalo liat kecenderungan yang terjadi pada sebagian musisi anak negeri. Mereka agresif pula bangga mengadopsi falsafah band luar tanpa filter seraya menyarankan: “dude, bajak aja album ini!” tanpa pernah sadar saatnya nanti ketika benar-benar hidup melulu dari bermusik–ketika karya seninya dibajak–baru deh kelojotan setengah mati. Emang enak udah capek-capek bikin sesuatu yang menurut kita rockandroll-estetis-luhur-suci taunya orang lain minus penghargaan pun belas kasihan langsung main bajak aja. You have to experience it yourself so you know how bad it is! Pada prinsipnya SID menganggap pembajakan itu tak dapat dibenarkan dari sudut apa pun. Sayangnya negara Indonesia tercinta adalah masih tergolong dunia ke-3 (baca: miskin rupiah berkesadaran hukum rendah beli bir saja susah), tentu saja masalah ini terjebak jadi duh dilematis.

pendapat kalian tentang konflik Aceh?
Terhadap politik, jujur saja, SID benar-benar miskin minat. Memang sih pada awal kemunculan SID sempat cukup vokal menyuarakan nafas politik. Namun sejalan dengan waktu SID kemudian menyadari bahwa fenomena politik dan sejenisnya gak pas dengan suara hati SID. Sebab di atmosfer berkesenian SID (juga Bali/Kuta Rock City pada umumnya) yang paling dominan adalah–in no particular order–tentang minum bir dan bergembira bermain musik. Begitulah keseharian SID yang paling sejati. Dan SID gak akan coba lagi menyuarakan hal yang SID tak paham. Namun yang paling hakiki di sini,–dalam konteks konflik Aceh–SID sejak awal tak pernah setuju dengan budaya kekerasan. Sebisanya segala persoalan diselesaikan dengan bicara hati ke hati dan dengan kepala dingin untuk menuju satu titik kesepakatan. Perang adalah opsi paling paling paling akhir. Make Rock ‘N Roll Not War.

READ MORE » Interview with Superman Is Dead ( SID )

Interview with Superman Is Dead


1.) tolong jelasin konsep musik SID itu. apa lebih dari sekedar punkrock, atau apa? 
 
Di istilah pribadi SID menamakan genre yang dianut sebagai: 3-Chordsabilly Beer Punk Rock. Deskripsinya? (baca biografi yang diselipin di e-mail ini). Sementara itu secara perspektif sosio-musikal bisa dibilang SID hampir tak menyuarakan pesan apa-apa kepada publik kecuali: jadilah diri sendiri. Pula SID gak bakal mencoba menyuarakan slogan anti narkoba, anti ini anti itu. Sebab hidup adalah pilihan. Biarkan orang melakukan apa yang mereka suka. Dan SID semampunya menghindari stigma mendikte atau menggurui publik. SID menganggap Generasi Y telah cukup pintar utk memilah-milah yang mana baik yang mana buruk. Jangan ketika banyak band menyuarakan politik lalu kita ikut-ikutan melakukannya semata untuk membuktikan bahwa band kita intelektual plus banjir peduli pada kelangsungan negara ini. We have nothing to prove. You are who you are. And be proud of it.
  
2). gue pernah ngobrol ngobrol dengan beberapa teman, terjadi sedikit perdebatan tentang album terbaru kalian, satu bagian menyatakan album baru kalian tidak memiliki greget lebih dibanding kan rilisan sebelumnya (bad bad bad). sementara yang lain menyatakan lebih enjoyable.. menurut SID sendiri bagaimana?

SID sendiri menganggap album “Kuta Rock City”–sejauh ini–adalah pencapaian artistik tertinggi di jazirah berkesenian SID (yah, paling kita kurang puas ama sound di album itu aja, maklum, namanya juga putra daerah, masih gagap teknologi dan tata suara he he he…). Seandainya ternyata di kecenderungan komunal ada pro-kontra tentang kualitas estetika “Kuta Rock City”, well, tiap individu berhak punya pendapat berbeda, kan? Apalagi jika menyangkut faktor selera, wih, amat subjektif sifatnya. Dan di sini tak ada pendapat absolut tentang siapa benar siapa salah. Tapi lebih tentang soal suka tidak suka.
 
3). ada pernyataan lain yang menyatakan itu adalah akibat kalian masuk major label..pendapat SID tentang itu?

To whom it may concern: ketika hendak menyimpulkan sebuah fenomena emang sebaiknya dimunculkan niat menghargai proses alias peduli pada elemen kronologis yang disebut pra-kondisi terlebih dahulu. Coba investigasi secara holistik, pasang kuping lebih lebar, buka mata sampai jauh, serta terus tegar loyal pada akurasi informasi. Jika sudah, baru deh menyertakan estetika seni subjektif di situ lalu baru kemudian gagah berani mengambil kesimpulan: album ini yummy yummy, album ini yucky yucky, album ini not so yummy not so yucky. Let me get this straight, Major bisa dibilang nihil andil di proses berkesenian SID. SID dipersilakan berkreasi suka-suka hati. Dari bikin lagu, bikin desain cover, bikin vidklip, semua dikerjakan SID sendiri (Sony cuma supervisi dalam skala bukan artistik). Nah, kemerdekaan berimprovisasi segitu dramatis–ngomongin so-called pra-kondisi nih–didapat oleh SID lewat negosiasi yang alot dan menghabiskan banyak energi dan riuh botol bir. Look, dude, proses negosiasi sampai sekitar 4-5 bulan. Melelahkan. Tekanan mental ultra tinggi. Asli. Dus, jangan pernah lupa, SID ndak pernah yang namanya nyodorin demo ke label mana pun. Never. No, dude, never. Sebab dari awal SID telah sadar, jika SID nyodorin demo ke label (Indie, Major Indie, Major, whatever) maka posisi tawar menawar SID akan jomplang sejak mula. Kesannya SID yang perlu pada itu label. Padahal sama-sama butuh. Dan hierarki yang natural muncul nantinya adalah bak atasan dengan bawahan. Kalo diilustrasikan, persis kayak pegawai yang butuh pekerjaan. Sementara yang SID pengen adalah partnership yang notabene hubungannya bakal sejajar. Kayak manajer berprestasi yang dikejar oleh sebuah perusahaan besar. Selanjutnya sang manajer bakal berani mati bilang: “Lu berani bayar gue berapa?” Seperti itu, dude. Kenapa SID menyanggupi bekerja sama dengan major label? Sederhana, SID itu band miskin. Kalo SID setajir Setiawan Djody, wih, ngapain juga kerjasama dengan Major??! Nah, karna SID adalah band yang secara finansial pas-pasan (baca: duit honor manggung dan penjualan album cuma cukup buat beli bir dan berdandan fully Rock Star, lain tidak), on the other hand SID pengen melulu hidup dari musik, ya sudah, SID memilih realistis lalu menjalin kerjasama mutual dengan taipan bernama Sony Music Indonesia. (Dude, lu gak tau gimana demi mempertahankan idealisme “pantang nyerahin demo ke label” ini sudah bikin SID nangis darah, muntah keringat, vertigo akut, hingga 8 tahun…) Sekarang sih SID udah sedikit hidup lebih enak karna SID cuma mikirin tentang:
1. Giat berkesenian.
2. Giat berkesenian.
3. Giat berkesenian. Sampe mati.
Urusan distribusi dll udah diurusin Sony. Dengan 24/7 fokus berkesenian an sich, niscaya diharapkan hasil yang muncul lebih opitmal… Hey, esensial diingat, independensi tak serta merta pararel dengan eksistensi institusi di situ. Maksudnya, ketika sebuah band berada di bawah–katakanlah–Major (baca: institusi) bukan otomatis berarti band tsb katro’ (seperti kecurigaan komunal di Indonesia juga dunia pada band-band di bawah Major). Sebab jika demikian itu sama aja dengan nuduh rakyat Indonesia (baca: band) yang tinggal di negara paling korup di dunia bernama Indonesia (baca: institusi) adalah bagian integral dari axis of evil alias poros kejahatan. Negara Indonesia = korup > Rakyat Indonesia = korup. Begitu? Se-stereotype itu? Oh, come on…. Furthermore, saatnya nanti jika SID sudah tangguh secara finansial SID bakal bikin label sendiri dus akan mengimplementasikan obsesi SID selama ini.
 
 
READ MORE » Interview with Superman Is Dead

Wawancara dengan Jerinx (Jrx)


1) Apa yang membuat kalian tetap eksis? Pada press release album terakhir sepertinya kalian ingin memuntahkan masa-masa kemelut dalam eksistensi ben ini, sampai-sampai si Superman merasa hampir menyerah.
Jrx: Rasa cinta dan dukungan alam semesta yang membuat kami bertahan. Dua faktor tersebut tidak bisa dikalahkan oleh apapun juga.
 
2) Jika pada masa sulit itu membuat SID bubar, kira-kira kalian akan mengambil alih pekerjaan apa? Kita tau, di Indonesia banyak musisi indie/cutting-edge belum bisa menggantungkan hidup dari nge-ben. Atau kalian memang mendedikasikan hidup sebagai ben punkrock dan trus rock n roll?
Jrx: Jika SID harus bubar, saya akan menjadi aktor atau desainer, Bobby menjadi graphic designer dan atlet badminton, Eka bisa menjadi ahli IT dan multimedia. Banyak hal yang bisa kita lakukan. Tapi kenyataannya, SID tidak akan bubar. Kita mungkin suatu saat akan meredup, tapi tidak akan pernah padam.
 
3) Apa yang signifikan dari “Angels & The Outsiders” dibanding album-album sebelumnya?
Jrx: Kita membuka pemikiran orang bahwa nyawa punkrock tidak terletak pada distorsi, makian dan tempo lagu yang cepat. It's all in the lyrics and attitude...
 
4) We know, industri musik di sini masih mengedepankan sisi komersialisme dibanding mutu karya. Dalam arti, label rekaman cenderung memilih musik yang gampang dicerna, catchy, easy-listening dan akhirnya terlihat seragam. Kalian sebagai ben punk yang tergabung dalam label mayor, apakah juga kompromi dalam berkarya? Apa yang kalian lakukan untuk meyakinkan Jan Djuhana agar SID tetap di label SONY?
Jrx: Dari awal Sony Music sudah tahu karakter SID seperti apa dan kita memiliki gentleman's agreement bahwa label tidak ikut campur di wilayah berkesenian SID. Lagu, lirik, video klip, art work, image, konser, dll kita yang menentukan. Sony memproduseri album, mengurus promo dan distribusinya.
 
5) Selain di luar itu, apa yang ‘meresahkan’ dari dunia industri musik?
Jrx: Yang meresahkan bukan pelaku industrinya saja, tapi peminat industrinya. Semua bertalian. Selera mereka yang seragam membuat band berlomba-lomba untuk menjadi seragam. Di sini media punya peran besar dalam membentuk selera pasar. Jangan cuma menyalahkan band atau media juga, kita semua ikut terlibat kok dalam kemunduran ini. Dan tidak ada gunanya mengeluh, lebih baik lakukan sesuatu yang besar dan hajar kemunduran sampai titik penghabisan.


6) Sebagai ben, apa kalian memerlukan sebuah imej/citra?
Jrx: Jika kamu ingin meraih langit, citra sangat signifikan karena setiap band memerlu-kan wajah. Sama seperti manusia, wajah [citra] ini ber-fungsi untuk dijadikan kekuatan yang membedakan-mu dengan band/manusia yang lain. Dan citra tidak harus identik dengan fashion. Attitude, movement, lirik, dll bisa menjadi citra/wajah setiap band.
 
7) Apa yang membuat SID lebih terekspos dari ben-ben Bali lainnya? Apakah di Bali tidak memiliki basis media yang kuat (khususnya untuk musik cutting-edge)? Atau kalian merasa ada sentralisme pada permusikan Indonesia?
Jrx: Yup, Bali belum memiliki basis media yang kuat. Semua masih terpusat di Jakarta. SID terekspos karena kami melakukan sesuatu yang layak di-ekspos. Bukan karena skandal infotainment pastinya.
 
8) Seandainya SID tak berlanjut, mungkin kalian tak akan merealisasikan mimpi agung-nya, yaitu tur Amerika. Ada 2 tur lagih! Pada tur Vans Warped kalian cuma tampil sebagai ben ‘ecek-ecek’ (baca: kurang famous) sedangkan di tur From Bali with Rock kalian hadir sebagai headliner. Apa perbedaan yang kalian rasakan dari 2 tur tersebut? Dan setelah merasakan panggung bergengsi dalam festival dunia, apa yang berbeda dari event-event lainnya?
Jrx: Tidak ada perbedaan besar karena di US walaupun kami headliner, tetap saja orang sana mostly tidak tahu SID. Faktor perjuangannya sangat dominan. Perbedaan event internasional dengan event lainnya lebih pada disiplin waktu yang akurat dan masalah kebersihan. Orang Indonesia harus lebih sadar kebersihan dan menghilangkan kebiasaan jam karet.
 
9) Saya teringat statement dari promoter lokal ternama, bahwa yang membuat ben-ben Indonesia sulit go international adalah perkara bahasa/lirik. Tapi dengan berhasilnya SID tur ke Amerika telah melabrak argument-argumen yang sama. Kalo bagi kalian, apa yang membuat ben-ben lokal susah tembus ke skala dunia? Atau, semua itu memang ada faktor keberuntungan juga?
Jrx: Hukum alam. Mungkin karena memang belum waktunya. Jika harus terjadi, pasti akan terjadi. Everything happens for a reason.
 
10) Secara kultur musik, kalian kan juga mengadopsi budaya luar. Tapi selama tur di Amerika kalian merasa ada penilaian ‘dibanding-bandingkan’ ‘ga?
Jrx: Gak ada, mungkin publik AS sudah melewati fase 'membanding-bandingkan' band ini dengan band itu. Mereka lebih kepada sikap take it or leave it. Jika suka, mereka tunjukkan dukungan, jika tidak suka ya mereka pergi. Fair dan gak banyak basa basi seperti di Indonesia.

Lebih baik perbaiki dulu negara kita, benahi sistem pendidikan dan kesehatan untuk warga miskin, kurangi jumlah pengangguran. Kalau sudah kuat baru kita bicara perang.

11) SID pernah buat DVD tur Australia. Ada rencana tur Amerika kemarin dibuatkan DVD-nya juga? Kalo iya, kapan dirilis?
Jrx: Sedang di-edit, mudah-mudahan rilis sebelum 2010.
 
12) Ehm! Selama tur Amerika kemarin kalian dapet groupis ‘ga?
Jrx: No comment.
 
13) Sebelumnya, sejauhmana kalian mengetahui fanbase SID di luar Indonesia, terutama Amerika?
Jrx: Kami mengetahuinya lewat Myspace, ada beberapa warga AS yang menyimak perjalanan SID dan memesan merchandise/CD untuk dikirim ke AS. Walaupun jumlahnya tidak fantastis, lumayanlah daripada tidak ada sama sekali.
 
14) Baru-baru ini SID mendeklarasikan para “Outsiders” wanita dengan sebutan “Lady Rose”. Ada alasan khusus?
Jrx: Agar wanita dalm dunia punkrock lebih dihargai dan dilindungi. Tidak dianggap sebagai pelengkap saja karena sejatinya peran mereka juga besar. Selain itu juga untuk mengikis image 'machoisme' yang berlebihan dalam punkrock. Kami sudah muak dengan stigma punkrock itu simbol kekerasan/kejantanan. Itu semua omong kosong manusia-manusia berpikiran sempit. Punkrock tidak mengenal jenis kelamin, ras, dan strata sosial. Punkrock ada untuk semua manusia tanpa terkecuali. Miskin-kaya tua-muda laki-perempuan, semua bebas menikmati punkrock.
 
15) Banyak ben-ben luar (terutama yang cutting-edge) lebih mengharapkan ‘pemasukannya’ dari hasil tur dibanding penjualan album. Kalian sendiri bagaimana?
Jrx: Sama.

16) Dengan partisipasi kalian dalam tur Vans Warped, ini tentu menambah reputasi kalian. Dengan begitu, apa ‘bayaran’ kalian juga naik?
Jrx: Tergantung acaranya. Kemarin konser amal untuk Padang kita tidak dibayar dan ikut menyumbangkan donasi dalam bentuk lelang t-shirt/CD SID. Tapi kalau 
 
acaranya memang komersial dan disponsori korporat besar, kenapa harus malu meminta bagian yang besar juga. Realistis tidak ada salahnya.
 
17) Melihat style kalian yang rockabilly, jelas SID punya influens sisi western yang cukup kuat. Tapi saat tur Vans Warped kalian mengenakan pakaian adat Bali. Apa ini hanya pendomplengan identitas aja supaya mendapat simpatik? Bukankah sebelumnya kalian mengumbar nilai-nilai be yourself?
Jrx: Pertanyaanmu agak norak sebenarnya [hehehe-red] but anyway, kita memakai pakaian adat Bali karena beberapa alasan; 1. Publik AS tidak tahu Bali/Indonesia itu seperti apa dan pakaian adat bisa menjadi penegas darimana kita berasal. 2. Posisi kita di sana sebagai duta Indonesia dan tour kita memang bertujuan mempromosikan Bali/Indonesia. 3. Kita tetap menjadi diri sendiri karena di Bali kita sering memakai pakaian adat untuk beberapa acara yang bersifat adat.
 
18) Bagaimana pengklaiman budaya atas negara lain yang belum lama ini terjadi, bahkan tari Pendet dari Bali sempat kena imbasnya.
Jrx: Basi. Tiba-tiba semua orang menjadi patriotik berlebihan. Tidak mau melihat fenomena ini lebih luas dan bijak. Maunya perang dan perang. Lebih baik perbaiki dulu negara kita, benahi sistem pendidikan dan kesehatan untuk warga miskin, kurangi jumlah pengangguran. Kalau sudah kuat baru kita bicara perang. Tapi SID tidak pernah mendukung perang. Perang tidak pernah menyelasaikan masalah tapi menambah masalah. Buktinya sudah banyak: Iraq, Israel, Palestina. Semua masalah bisa diselesaikan tanpa harus menghilangkan nyawa manusia-manusia tidak bersalah. Fuck war!
 
19) Seandainya Bali berpisah dari Indonesia dan menjadi negara tunggal, kalian sepakat ngga?
Jrx: Haha. Gak mau dan gak mungkin bisa, listrik saja Bali masih tergantung sama Jawa. Cuma orang gila yang berpikir Bali bisa menjadi negara tunggal karena faktanya Bali masih sangat tergantung dengan propinsi-propinsi lain di Indonesia.
 
20) Pernah ngga kalian ditolak orang tua pacar karena penampilan kalian yang rock n roll?
Jrx: No comment.
 
21) Ok. Ada yang ingin ditambahkan?
Jrx: Jaga dan hormati bumi ini maka ia akan membalasnya dengan cinta. Masa depan semesta ini kita semua yang menentukan.
 

READ MORE » Wawancara dengan Jerinx (Jrx)

Interview Jrx tentang sampah. From Kawanku Magz.


1. Sejak kapan sih Jerinx lebih peduli sama lingkungan hidup? Apa yang pertama kali bikin Jerinx tergerak untuk jadi orang yang lebih ramah lingkungan?

ada beberapa moment yang memotivasi saya untuk menjadi orang yang sedikit lebih peduli terhadap lingkungan. salah satunya adalah ketika saya melihat betapa kotornya pantai di Bali sekitar 4 tahun yang lalu. ini cukup menyakitkan hati mengingat Bali adalah destinasi pariwisata internasional. saya jadi ingin melakukan sesuatu. jadi semuanya bermula dari kecintaan saya terhadap Bali. dari sana saya berpikir, dengan musik saya akan coba melakukan suatu perubahan. mencoba menyebarkan pesan lewat apa yang saya bisa. kemudian 2 tahun yang lalu saya menemukan dvd dokumentari 'inconvenient truth' yang membuka lebar mata saya thd bahaya global warming. point saya, kamu tidak harus menjadi orang pintar untuk lebih mencintai lingkungan, lihat sekitarmu, buka hatimu dan kamu akan merasakan bagaimana bumi kita menangis saat ini.



2. Dalam kehidupan sehari-hari, apa aja yang Jerinxlakukan untuk mengurangi efek pemanasan global?
menghemat pemakaian listrik dan mengurangi pemakaian kendaraan bermotor jika tidak diperlukan, memakai sepeda untuk transportasi jarak dekat sungguh menyenangkan!

3. Khususnya tentang sampah, ada enggak yang Jerinx lakukan untuk mengelola sampah, misalnya memisahkan sampah organik dengan an-organik, mendaur ulang sampah an-organik jadi benda-benda yang bisa dipakai lagi, atau mengurangi sampah plastik misalnya?
saya sebisa mungkin tidak memakai tas plastik/kresek jika berbelanja. kebiasaan ini saya mulai 4 tahun yang lalu. kadang saya ditatap agak aneh sama ibu penjaga warung ketika saya menolak diberikan tas kresek, tapi setelah saya jelaskan ini untuk mengurangi samapah plastik si ibu paling senyum2 aja, haha. kalau dirumah saya memisahkan sampah plastik, terutama botol munuman, dan memberikannya ke pemulung untuk mereka jual ke tempat daur ulang.

4. KaWanku pernah dengar cerita kalau SID setiap manggung selalu bawa kantong plastik sampah besar untuk memunguti sendiri sampah sisa-sisa pertunjukan. Bener enggak nih? He he he.
haha, ada beberapa konser amal yang pernah kita organize sendiri dan tema-nya menjaga kelestarian pantai di Bali. dalam konser2 spt itu, kita selalu concern thd kebersihan venue, jadi kita memastikan setelah konser venue tidak menjadi timbunan sampah seperti di konser2 yang lain. apalagi venue yang kita gunakan seperti pantai, kebersihan-nya harus sangat diperhatikan. jangan sampai kita bikin konser amal untuk pantai tapi kita sendiri malah bikin kotor pantai.

5. Dalam kaitannya dengan karya musik SID sendiri, ada rencana untuk membuat kemasan album atau show SID yang lebih ramah lingkungan enggak?
ide tsb sudah coba kita realisasikan dalam kemasan CD album Black Market Love yang tidak memakai plastik, dan untuk album berikutnya mungkin akan kita sertakan tips2 mengendarai sepeda gayung dengan aman? hahaha....

6. Belakangan efek pemanasan global makin terasa. Mulai dari iklim yang makin enggak menentu sampai krisis pangan. Kalau buat Jerinx sendiri, efek pemanasan global apa yang paling menakutkan?
global warming membuat hairwax dan eyeliner saya cepat mencair! haha, seriously, efek yang paling menakutkan bagi saya adalah tenggelamnya daratan karena mencairnya gletser. bayangin semua daratan tenggelam, how can we survive. that's heavy.
READ MORE » Interview Jrx tentang sampah. From Kawanku Magz.